Senin, 13 Oktober 2014

Respiratory Management in Spinal Cord Injury

Sumber: http://nurseslabs.com
RESPIRATORY MANAGEMENT IN SPINAL CORD INJURY (SCI), BREATHING AND THE RESPIRATORY SYSTEM IN SCI: TREATMENTS FOR RESPIRATORY TRACT COMPLICATIONS, RESPIRATORY TREATMENTS WITH A NEBULIZER
Rehabilitation Team, Louis Calder Memorial Library of the University of Miami/Jackson Memorial Medical Center, 2009
If respiratory medication needs to be delivered directly to the lungs, this can be accomplished with a nebulizer, if prescribed by your physician. 
Indications for this treatment are:
  • Tightness in chest
  • Increased or thick secretions
  • Pneumonia (congestion) and/or
  • Atelectasis
Reasons to avoid the treatment include:
  • Increased blood pressure (autonomic hyperreflexia)
  • Increased pulse
  • History of adverse reaction to the medication.
The following equipment is needed for respiratory treatments with a nebulizer:
  • Nebulizer
  • Compressor oxygen tank (to drive nebulizer)
  • Oxygen tubing
  • Respiratory medication
  • Normal saline (cc vials)
Following is the procedure for treatments with a nebulizer:
  • Remove cup portion of the nebulizer
  • Draw up prescribed amount of the mediation in the eye dropper
  • Place medication in the medicine cup with 3cc normal saline
  • Return cup to the nebulizer
  • Place oxygen tubing on the nipple on the nebulizer and attach other end to the compressor or oxygen tank
  • Turn on the compressor or tank until mist is seen coming out of the mouthpiece.
  • Check pulse
  • Place the mouthpiece in your mouth and take slow, deep breaths. If on a ventilator, the nebulizer can be placed in line in the ventilator circuit. To do this, remove the mouthpiece and connect the nebulizer between the dead space tubing and the exhalation valve assembly.
  • During the treatment, monitor the pulse. If the pulse increases to more than 20 beats a minute, discontinue the treatment. Otherwise, continue until the medication is used up.
  • Following the treatment, use postural drainage, percussion, assisted coughing and/or suctioning, as appropriate. 
Often, the effects of the treatment are most apparent 15-20 minutes later, and you may need assisted coughing or suctioning at that time.

Minggu, 12 Oktober 2014

Penatalaksanaan Terapi Inhalasi dengan Nebulizer

Sumber : http://bheboth.wordpress.com
 
Terapi inhalasi menurut kamus kesehatan adalah penggunaan agen inhalasi untuk mengobati penyakit dan kondisi pernapasan. Tujuan terapi inhalasi adalah meningkatkan fungsi pernafasan dan paru-paru untuk mengurangi gejala masalah pernapasan kronis, seperti asma, bronkitis, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), dan emfisema. Fisioterapi juga menggunakan terapi inhalasi untuk mengatasi problematika fisioterapi.

Nebulizer sendiri merupakan perangkat yang berisikan obat cair yang berubah menjadi kabut halus dan mudah terhirup kedalam saluran udara dan paru-paru melalui masker wajah atau dengan corong/mouthpiece (www.kidshealth.org). Dengan menggunakan Nebulizer, pemberian obat menjadi lebih efisien karena dengan nebulasi yang tinggi menjamin durasi pemberian obat yang lebih optimal dan juga dengan pemakaian nebuliser akan meninggalkan sedikit sisa obat. Alat Nebulizer ini akan mengeluarkan uap untuk di semprotkan atau di hirup oleh pasien.

Indikasi:
Penggunaan terapi inhalasi ini diindikasikan untuk asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), sindrom obstruktif post tuberkulosis, fibrosis kistik, bronkiektasis, keadaan atau penyakit lain dengan sputum yang kental dan lengket.
Penggunaannya terbatas hanya untuk obat-obat yang berbentuk gas atau cairan yang mudah menguap dan obat lain yang berbentuk aerosol.
Pada penyakit Asma dan Chronic Obstructive pulmonal disease (COPD = PPOK & PPOM) terapi inhalasi merupakan terapi pilihan. Dengan terapi inhalasi obat dapat masuk sesuai dengan dosis yang diinginkan, langsung berefek pada organ sasaran. Dari segi kenyamanan dalam penggunaan, cara terapi MDI banyak disukai pasien karena obat dapat mudah di bawa ke mana-mana. Kemasan obat juga menguntungkan karena dalam satu botol bisa dipakai untuk 30 atau sampai 90 hari penggunaan
 
Pengenalan Bagian Alat
Alat yang saya jelaskan dengan menggunakan merek OMRON model NE-C28, sebelum masuk ke tahap penatalaksanaan terapi, kita harus tahu bagian-bagian dari alat tersebut.

Secara umum alat terbagi atas compressor (main unit), air tube dan nebulizing parts

Prosedur Pelaksanaan
  • Mempersiapkan Nebulizer
 1. Pastikan alat dalam keadaan posisi "OFF", dan pastikan kabel belum terpasang dengan sumber listrik.


2. Lepaskan mouthpiece dan cap dari nebulizer kit


3. Lepaskan bagian atas nebulizer dengan cara (1) putar bagian atas nebulizer kit berlawanan arah jarum jam. (2) Kemudian tarik bagian atas nebulizer kit.

 
4. Angkat baffle
 
 
5. Tuangkan obat sesuai dosisi (kapasitas dari medication cup 2 - 7 ml).

 
6. Pasang kembali baffle pada tempatnya
 
7. Pasang kembali bagian atas nebulizer kit dengan cara:
    (1) Putar bagian atas nebulizer kit
 
 
    (2) Putar searah jarum jam sampai bunyi "klik"
 
8. Pasang jenis alat inhalasi yang akan digunakan.
9. Pasang selang
    (1) Hubungkan selang pada "air connector" pada sisi depan alat
    (2) Hubungkan bagian ujung selang yang lain pada bagian bawah nebulizer kit



Catatan:
Pastikan selang udara sudah terpasang dengan benar, jika tidak udara akan keluar dari selang selama pemakaian. Hati-hati, jangan sampai obat tumpah saat selang dipasang.
Pastikan posisi nebulizer kit tetap TEGAK LURUS.

  • Penatalaksanaan Terapi
 Pegang nebulizer kit secara tegak lurus, jangan memiringkan nebulizer kit melebihi 45 derajat. kemudian tekan tombol ON, kompresor akan hidup dan nebulizer akan segera bekerja.

Catatan:
Jangan menutup lubang ventilasi pada kompresor serta jangan menutup air filter.

Obat/zat yang biasanya digunakan secara aerosol pada umumnya adalah beta 2 simpatomimetik, seperti metaprotenolol (Alupen), albuterol (Venolin dan Proventil), terbutalin (Bretaire), bitolterol (Tornalat), isoetarin (Bronkosol); Steroid seperti beklometason (Ventide), triamnisolon (Azmacort), flunisolid ( Aerobid); Antikolinergik seperti atropin dan ipratropium (Atrovent); dan Antihistamin sebagai pencegahan seperti natrium kromolin (Intal) (Rab T, 1996).

Daftar Pustaka

  1. Setiawati A, Zunilda SB, Suyatna FD. Pengantar Farmakologi. Dalam: Ganiswara SG, Setiabudy R, Suyatna FD, Purwantyastuti, Nafrialdi, Ed. Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Bagian Farmakologi FKUI. Jakarta. 1995; 6.
  2. Rasmin M, Rogayah R, Wihastuti R, Fordiastiko, Zubaedah, Elsina S. Prosedur Tindakan Bidang Paru dan Pernapasan–Diagnostik dan Terapi. Bagian Pulmonologi FKUI. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2001; 59-64.
  3. Rab T. Ilmu Penyakit Paru. Qlintang S, Ed. Hipokrates. Jakarta. 1996; 674-81.
  4. Inhalation Therapy. Available from: URL: http://www.unc/~chooper/classes/voice/webtherapy/inhalationtx.html














Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

VISITOR

free counters